Harus
diakui musik dangdut adalah musik yang paling digemari seluruh rakyat
Indonesia, dari rakyat jelata sampai rakyat mata jelalatan. Dangdut adalah musik rakyat, yang mampu membuat orang naik ke atas panggung untuk bergoyang
menikmati alunan musik dangdut dan hebohnya goyangan penyanyi dangdut, yang
sebutannya sudah macam-macam sampai susah menghapalnya, antara lain goyang
ngebor, ngecor, ngeroll, patah-patah, retak-retak, kayang, split, salto, bebek,
itik, kuda, kambing dan masih banyak binatang lainnya. Hehe. Karena dangdut
adalah musik rakyat, apakah ini berarti musik dangdut kampungan?
Seringkali
istilah itu terdengar dalam keseharian kita. Tetapi apakah benar begitu adanya?
Atau ada semacam budaya dalam masyarakat yang sengaja membentuk stereotipe
tersebut?Siapa Bilang Dangdut Kampungan
Harus
diakui musik dangdut adalah musik yang paling digemari seluruh rakyat
Indonesia, dari rakyat jelata sampai rakyat mata jelalatan. Dangdut adalah musik rakyat, yang mampu membuat orang naik ke atas panggung untuk bergoyang
menikmati alunan musik dangdut dan hebohnya goyangan penyanyi dangdut, yang
sebutannya sudah macam-macam sampai susah menghapalnya, antara lain goyang
ngebor, ngecor, ngeroll, patah-patah, retak-retak, kayang, split, salto, bebek,
itik, kuda, kambing dan masih banyak binatang lainnya. Hehe. Karena dangdut
adalah musik rakyat, apakah ini berarti musik dangdut kampungan?
Seringkali
istilah itu terdengar dalam keseharian kita. Tetapi apakah benar begitu adanya?
Atau ada semacam budaya dalam masyarakat yang sengaja membentuk stereotipe
tersebut?
Jika
ditinjau dalam segi budaya, dangdut begitu diminati masyarakat karena mempunyai
kedekatan terhadap budaya kita. Dimana musik ini menggunakan irama melayu yang
juga merupakan bagian dalam kebudayaan kita. Memang awal kemunculan musik ini
adalah musik yang diminati kalangan bawah, namun seiring perkembangannya, kita
banyak mendapati musik dangdut pada setiap acara resmi.
Bahkan dahulu ada
beberapa petinggi yang dengan bangga menyanyikan musik tersebut dalam setiap acaranya.
Dengan kata lain saat itu musik dangdut sempat terangkat dimana insan dangdut
yang mengangkatnya. Tetapi lucunya, musik tersebut kembali memiliki anggapan
kampungan karena ulah insan dangdut itu sendiri.
Hal
ini dapat dilihat bagaimana keberadaan musik dangdut dari panggung ke panggung.
Dewasa ini, pertunjukan dangdut bukanlah mengandalkan kepiawaian bermain musik
ataupun bernyanyi, melainkan kelincahan penyanyinya dalam bergoyang. Sehingga
muncul kontroversi mengenai hal tersebut yang mana dangdut dianggap sudah
menjadi sarana eksploitasi seksualitas, dalam hal ini adalah perempuan. Hal
inilah yang kemudian semakin membuat sebagian masyarakat khususnya kalangan
intelektual beranggapan bahwa musik dangdut itu kampungan.
Selain itu, banyak
orang menganggap bahwa musik dangdut di pandang dengan sebelah mata karena di
anggap musik kampungan, norak. Berbagai opini juga disebutkan bahwa banyak
orang yang enggan dan “alergi” mendengarkan musik dangdut dengan berbagai
alasan seperti malu, gengsi dan berbagai macam alasan lainnya. Bisa jadi
lantaran kebanyakan orang desa lebih suka membeli kaset dangdut ketimbang kaset
musik Barat yang digandrungi anak kota.
Bagi
sejumlah orang, Dangdut tetap ingin diletakkan pada posisi marginal dalam
kancah heterogenitas musik tanah air. Entah mengapa, sedari awal pemosisian ini
telah coba ditanam kuat. Misal, dangdut adalah musik wajib di
terminal-terminal, warung-warung kaki lima hingga yang remang-remang. Dangdut
cocok untuk iklan obat gosok, masuk angin, atau iklan untuk Kalangan Bawah
Sekali (KBS). Sebagain besar pengamen ibu kota menyanyikan lagu dangdut di
Bus2, KA, Angkot, atau emperan. Dangdut adalah bagian dari sebuah tema
masyarakat KBS.
Anggapan sebagian besar orang, Ia tak cocok ditempatkan atau
disejajarkan dengan jenis Pop, Rock, Disco, hip hop, reggae dkk yang belakangan hadir
di permusikan tanah air. Padahal, selain dangdut, anda bisa mendengar Noah,
Seventeen, Slank, Coldplay, Rihanna, Justine Bieber bahkan Metallica di
cafe-cafe, kaki lima pasar tradisional, atau panti pijat.
Mempertanyakan
kenapa stereotif musik akar rumput melekat pada dangdut jelas mempesona dan
mengundang beragam jawab. Ketika dangdut hanya dianggap sebagai sebuah genre
musik, itu bukan masalah. Mendekatkan dangdut pada massa strata terbawah juga
ada benar.
Tetapi
ketika mendeskreditkan dangdut adalah musik kacangan atau
musik kampungan dan menempatkan dia pada posisi musik ecek-ecek, ini
bisa juga dianggap mengundang masalah. Apalagi memegang prinsip dangdut
adalah lagu
untuk orang miskin. Ini luar biasa, luar biasa ngawur.
Pada
awal tahun 2000, musik dangdut tidak dapat dipandang lagi sebagai musik
kampungan. Berbagai peristiwa dan acara terhormat mulai menampilkan musik
dangdut. Tayangan utama di stasiun televisi menampilkan musik dangdut.
Kafe-kafe terkenal tidak segan menampilkan musik dangdut. Panggung kampanye
partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk
menarik massa.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang
miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara
hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung
dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat, tempat hiburan dan
diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota
besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga dengan mudah dapat ditemui di berbagai kota.
Apabila
kita mengungkit lagi masalah dangdut yang dianggap sebagai musik kampungan,
menurut saya hal ini agak rumit. Dalam arti ketika kita berbicara mengenai
musik, berarti tidak hanya meliputi alunan musiknya ataupun lirik lagunya saja
tetapi juga mengenai selera individu. Ketika kita membicarakan selera, maka ini
bersifat universal dan relatif.
Maksudnya selama tujuan mendengarkan musik itu
tercapai (misalnya sebagai kesenangan, pengiring aktivitas, dll), lalu apakah
dasar menjudge suatu jenis musik itu kampungan? Bagaimana
standarisasi pada musik yang dianggap kampungan atau sebaliknya?
Menurut
pendapat pribadi saya, saya setuju dengan lagu project pop yang berjudul
‘Dangdut is the music of my country’, dangdut adalah musik bangsa ini,
pemersatu bangsa Indonesia, kebanggaan Negara Indonesia, kita pasti marah-marah
jika musik dangdut diklaim atau dipatenkan sebagai milik Malaysia.
Jujurlah
pada diri sendiri, meskipun anda tak suka dengan dangdut, pada hati kecil anda
sebenarnya mengalir darah dangdut. Ketika pada suatu acara tertentu, sang
penyanyi bergoyang dangdut, anda bisa jadi bergoyang juga menikmati alunan lagu
hingga tak terasa berjoget asik bersama teman-teman seketika. Tak usah
terkejut, karena ini reaksi alami normal. Yang tak berjoget, atau memalingkan
muka, pada dasarnya ia mengelabui hati. Suka atau tidak suka, ini fakta.
Demikian
informasi yang dapat saya sampaikan untuk anda tentang Siapa Bilang Dangdut Kampungan, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi anda semua.
0 Response to "dangdut kampungan"
Posting Komentar